Saturday, October 15, 2005

Dampak Yang Mengikuti Kenaikan BBM 1 Oktober 2005

Seperti yang sudah kita ketahui, pemerintah Indonesia menaikkan harga BBM per 1 Oktober 2005 yang lalu. Kenaikan ini dilakukan atas dasar pengurangan subsidi BBM oleh pemerintah. Berita yang beredar sebelum kenaikan tersebut adalah kenaikan BBM mungkin hanya sekitar 30-50%. Namun sangat tidak di duga-duga, ternyata kenaikan ini mencapai lebih dari 80%. Hal tersebut sangat mengejutkan berbagai pihak, baik yang pro maupun yang kontra. Mereka tidak menyangka bahwa kenaikan BBM tersebut akan sedrastis itu, benar-benar diluar perkiraan siapapun.
Sikap "nekat" pemerintah tersebut mengundang banyak kritik karena yang terkena dampak bukan hanya kalangan masyarakat tingkat bawah, namun kalangan menengah pun terkena dampak yang sebegitu hebatnya (kalangan masyarakat atas ?). Seperti kenaikan-kenaikan BBM sebelumnya, harga-harga lain pun mengalami kenaikan juga. Terutama dibidang transportasi dan kebutuhan sehari-hari masyarakat (sembako).
Dengan kenaikan yang tinggi tersebut, harga sembako menjadi menjulang tinggi. Di sektor transportasi, PEMDA (Pemerintah Daerah) juga menyesuaikan tarif untuk angkutan umum, kenaikan tersebut sampai dengan kurang lebih 35%. Dengan tarif angkutan umum yang baru tersebut, jika dihitung-hitung seorang pegawai bawah sampai menengah dapat menghabiskan sampai dengan setengah dari jumlah gaji yang mereka terima setiap bulan (Harian Kompas, 14 Oktober 2005, halaman 26). Gaji yang diterima mereka sekitar 1-2,5 juta Rupiah perbulan, bagaimana dengan nasib pegawai yang hanya berpenghasilan dibawah 1 juta Rupiah. Jika sampai dengan setengah dari penghasilan mereka habis untuk biaya transportasi sehari-hari, apakah akan mencukupi untuk biaya-biaya pengeluaran yang lain (makan, sekolah, dll.). Karena harga sembako sendiri menjulang setinggi langit seiring dengan kenaikan BBM dan datangnya bulan Ramadhan ini.
Dilema dihadapi oleh masyarakat bawah, menengah ke bawah, dan mungkin juga dihadapi oleh masyakarat menengah ke atas dan atas. Pemerintah memang menyediakan pengganti subsidi BBM dengan pemberian uang tunai sebesar Rp. 100.000/bulan untuk masyarakat kelas bawah. Namun patut diperhatikan, apakah subsidi tersebut cukup atau tidak dengan melihat dampak dari kenaikan-kenaikan yang lain.
Saya rasa sebentar lagi akan timbul gejolak sosial dari masyarakat (terutama buruh). Mereka akan menuntut kenaikan penghasilan dan juga UMR (Upah Minimum Regional). Hal tersebut pasti dilakukan karena bagaimana mungkin mereka dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka jika kenaikan-kenaikan tersebut tidak diiringi dengan kenaikan dari penghasilan mereka. Ini sama saja dengan "membunuh" mereka secara perlahan-lahan. Kemiskinan akan bertambah luas, pemerintah semakin tidak peduli dengan nasib rakyat.
Untuk itu, wahai orang-orang pemerintahan, apakah kalian tidak menyadari dampak dari keputusan yang kalian ambil tersebut. Jangan bicara dengan alih pencabutan subsidi BBM dengan bertambahnya beban APBN jika subsidi tersebut tidak dikurangi atau dicabut. Jangan juga bicara dengan alasan harga BBM Indonesia itu terlalu murah karena meningkatnya harga minyak dunia (menyamakan dengan harga minyak di negara lain, tetapi tidak menyamakan kualitas dari minyak itu sendiri yang notabene jauh lebih buruk dari kualitas minyak yang harganya tinggi atau mungkin sama dengan BBM di Indonesia sekarang ini).


0 Komentar: