Thursday, August 03, 2006

Tiada Pintar, Tiada Bodoh

Seorang ibu berkata kepada anaknya, "kamu harus belajar supaya nanti kamu lekas pintar, kalau tidak belajar maka kamu akan bodoh".

Sebuah kalimat yang sangat sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin juga apa yang diucapkan oleh ibu itu juga pernah diucapkan oleh ibu kita sendiri ketika kita masih sekolah dulu.
Namun yang menjadi pertanyaan, 'Apa sih batasan kepintaran atau kebodohan seseorang?'. Saya sangat tidak setuju dengan kata 'pintar' atau 'bodoh'. Karena setiap manusia itu diciptakan memiliki akal pikiran. Memiliki otak untuk berpikir, memiliki hati untu memfilter hasil pemikiran atau yang kan menjadi pemikiran kita. Tetapi sudahlah, saya tidak sedang berfokus kepada persoalan hati dan pemikiran. Yang jadi persoalan adalah banyaknya anggapan orang tentang dua kalimat yg menurut saya 'sakti' sekarang ini. Karena hampir setiap mayoritas orang selalu berpikir bahwa orang itu pintar apa bodoh. Persepsi ini coba saya jabarkan terlebih dahulu.
Ketika masih dibangku sekolah kita dihadapkan dengan orang tua dan guru, tanggung jawab mereka adalah mencerdaskan bangsa, dalam hal ini murid sebagai objek pendidikan (sesuai dengan motto pendidikan negara ini yang tercantum dalam UUD 1945). Guru dan orang tua selalu terjebak dalam dua kata tersebut, makanya seusai dengan kutipan saya diatas tadi.
Begitu pula ketika kita mulai memasuki lingkungan pekerjaan, dimulai dari wawancara pekerjaan, secara tidak langsung kita pasti ditanya "Apa kepintaran Anda?". Tidak ada yang akan bertanya "Apa kebodohan Anda?".
Dalam semua hal kita pasti berhadapan dengan urusan pintar atau bodoh secara langsung maupun tidak langsung. Dengan adanya tulisan ini, saya mengajak kalian untuk berpikir secara logis. Satu contoh, ada seseorang yang kebetulan gemar dalam hal komputer dan internet, terkadang dia menhadapi situasi yang demikian yang menimbulkan pertanyaan atau pernyataan pintar atau bodoh . Ada saja yang bilang, "Eh, elu kok pinter banget sih sama komputer atau internet?". Dan selalu dijawab, "Dalam dunia komputer atau internet, tidak ada orang pinter atau goblok, yang ada cuma yang sudah tahu atau yang belum tahu, itu saja".
Nah, disana esensi kalimat yang saya maksud dengan judul tulisan ini. Tiada pintar, tiada bodoh, yang ada hanyalah orang yang sudah tahu atau yang belum tahu. Saya menggambarkan itu sebagai satu hal yang mendasar dan global dari segala jenis pembelajaran terhadap semua bidang ilmu pengetahuan. Selanjutnya, dalam hal tahu atau tidak tahu tersebut terbagi dalam suatu bagian lagi, yaitu 'mau mencari tahu' atau 'tidak mau mencari tahu'. Dan itupun masih bisa terbagi lagi kedalam sub-bagian. Mungkin kita mau mencari tahu, pasti terbagi kepada 'ada kesempatan' atau 'tidak ada kesempatan'. Begitu pula sebaliknya.
Kalau boleh saya ringkas seperti ini :
  1. Sudah Tahu
  • Mau Mencari tahu
    • Ada Kesempatan.
      • Hasilnya, menjadi tahu.
    • Tidak ada kesempatan.
      • Hasilnya, mungkin saja bisa menjadi tahu.
      • Hasilnya, mungkin saja tidak menjadi tahu sama sekali.
  • Tidak mau mencari tahu.
    • Ada kesempatan.
      • Hasilnya, membuang kesempatan yang mungkin orang lain yang mau mencari tahu bisa berharap sama dengan posisi dia ketika dia memiliki kesempatan. Dan hasil akhirnya, dia tidak tahu sama sekali.
    • Tidak ada kesempatan.
      • Hasilnya, memang kesalahannya sendiri sehingga benar-benar tidak tahu.
      • Hasilnya, mungkin karena orang jenis ini memang tidak mau tahu karena dia tahu dia tidak memiliki kesempatan.

2. Tidak Tahu
  • Semuanya kebalikan dari point no 1 diatas.

Maka dari itu, dari tulisan ini saya hanya berharap bahwa yang membaca tulisan ini dapat berpikir ekstra untuk mengatakan 'pintar' atau 'bodoh'. Intinya, menurut saya dalam dunia ini tidak ada orang pintar atau bodoh. Semua manusia itu sama, tergantung dari situasi mereka saja dalam posisi terhadap pembelajaran ilmu pengetahuan. Seperti yang bisa saya kutip dari quote-nya Sir William Shakespeare :
To be or not to be, that is the question
Mau atau tidak nya kita untuk menjadi tahu, itu kembali lagi pertanyaan yang harus diajukan kepada diri kita sendiri. Dan semua itu saya kembalikan lagi kepada kalian semua dalam mencerna dan menanggapi tulisan ini.